REFELKSI FILOSOFIS PEDIDIKAN NASIONAL - KI HADJAR DEWANTARA
(Tugas Modul 1.1.a.8 _ Koneksi Antar Materi)
Oleh CGP6_Kabupaten Ende_NTT_Maria Skolastika Muni, S. Pd
A. Pemikiran Ki Hadjar Dewantara Tentang Pendidikan
Ki Hadjar Dewantara memiliki beberapa pemikiran sebagai Dasar Pendidikan Ki Hadjar Dewantara Yaitu :
1. Menuntun
" Maksud Pendidikan itu adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat" (KHD, 1936, Dasar-Dasar Pendidikan, hal. 1, paragraf 4)
"Pendidikan itu hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar dapat memperbaiki lauknya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya kekuatan kodrat anak" )KHD, 1936, Dasar-Dasar Pendidikan, hal 1, paragraf 5)
2. Menuntun (Among)
Untuk mencapai selamat dan Bahagia sebagai manusia dan anggota masyarakat maka ada tiga semboyan Ki Hadjar Dewantara yaitu :
1. Ing Ngarso Sung Tulodo (Di depan memberikan contoh)
2. Ing Madya Mangun Karsa (Di tengah membangun semangat)
3. Tut Wuri Handayani (Di belakang memberi dorongan)
3. Kodrat anak yang merdeka
Manusia merdeka adalah manusia yang hidupnya lahir atau batin tidak tergantung kepada orang lain, akan tetapi bersandar atas kekuatan sendiri.
Maksu pengajaran dan pendidikan yang berguna untuk perikehidupan bersama ialah memerdekakan manusia sebagai bagian dari persatuan (rakyat)
4. Kodrat anak adalah bermain
Bermain adalah salah satu kodrat anak untuk itu permainan anak dapat menjadi bagian pembelajaran di sekolah. Pikiran - Perasaan - Kemauan - Tenaga (Cipta, Rasa/karsa, pekerti) sudah ada pada diri anak.
Salah satu asas Taman Siswa adalah bebas dari segala ikatan, dengan suci mendekati sang anak, bukan untuk meminta sesuatu hak, melainkan untuk berhamba pada sang anak"
Maksud pernyataan berhamba pada sang anak adalah guru sebagai pendidik dengan semurni-murninya dan seikhlas-ikhlasnya, sebab cinta kasihnya kepada anak-anaknya boleh dibilang cinta kasih tak terbatas. Pendidikan harus berpihak/berpusat pada murid.
5. Bukan Tabularasa
Anak bukan kertas kosong yang bisa digambar sesuai keinginan orang dewasa. Anak lahir dengan kekuatan kodrat yang masih samar-samar. Tujuan Pendidikan adalah menuntun (memfsilitasi/membantu) anak untuk menebalkan garis sama-samar agar dapat memperbaiki lakunya untuk menjadi manusia seutuhnya. Tentunya dalam menebalkan laku anak dengan kekuatan konteks diri anak dan sosio-kultur/budaya.
Wiraga (0 - 8 )
Masa kanak-kanak aktif bergerak kesana kemari, mencoba ini dan itu, menanyakan semua hal, tanpa rasa lelah dibadannya. Satu-satu yang membuat mereka lelah adalah "istirahat"
Wiraga- Wirama (8 - 16)
Masa intelektual dari awalnya hanya menggunakan raga kemudian mulai menemukan irama dalam setiap gerak. Mereka mulai merasakan betapa irama bisa memberi dorongan untuk melanjutkan dan menciptakan gerak-gerak berikutnya.
Wirama (16 - 24)
Masa sosial mulai menyadari bahwa semesta bergerak dalam irama. Mereka pun mulai menggunakan irama sebagai sumber inspirasi menemukan kodrat lahirnya ke dunia. Saat ditemukan, mereka akan menjalani kehidupan yang bahagia sepenuhnya.
B. Pengetahuan dan Pengalaman Baru
Setelah mempelajari modul 1.1 Tentang Filosofis Pendidikan menurut Ki Hadjar Dewantara saya kemudian merefleksikan diri terhadap pengalaman baru yang saya dapatkan. Hal - hal yang saya dapatkan adalah :
1. Saya semakin memahami tentang pemikiran Ki Hadjar Dewantara tentang apa itu pendidikan dan baimana bisa menjalankan tugas sebagai pendidik dengan baik. Bahwa pendidikan adalah menuntun anak sesuai dengan kodratnya. Setiap anak adalah unik dan sebagai pendidik harus menyadari bahwa Mendidik dan mengajar bukan sekedar mentrasfer ilmu (transfer knowledge), tetapi bagaimana menuntun anak dengan mempertimbangkan kodrat alam dan kodrat jamannya.
2. Setelah saya mempelajari modul ini cara pandang saya terhadap siswa/anak didik saya juga mengalami perubahan. Jika sebelumnya mengajar adalah sebuah rutinitas menghabiskan materi yang sudah ditetapkan maka sekarang setelah mempelajari modul ini saya memandang seorang anak/siswa dengan lebih dekat kepada pribadi mereka. Saya mulai mengenal mereka satu per satu, sering berinteraksi dengan siswa mebuat saya mengerti apa yang saya harus lakukan untuk bisa menuntun mereka sesuai dengan kodratnya. Kemudian mengajar mereka dengan penuh suka cita dan itu sangat berdampak pada respon anak yang luar biasa. Mereka sangat menikmati pelajaran yang saya bawakan di kelas.
3. Saya semakin termotivasi untuk belajar mengubah metode yang selama ini saya bangun di kelas menjadi sebuah metode yang menyenangkan dengan cara menggunakan berbagai variasi metode pembelajaran, dan melibatkan siswa aktif dalam pembelajaran. Saya berharap bisa membuat pembelajaran menjadi lebih menyenangkan. Proses pembelajaran yang menyenagkan akan memberi dampak yang baik bagi keberhasilan anak didiknya.
C. Proses Pembelajaran dan Suasana Kelas yang Mencerminkan Pemikiran Ki Hadjar Dewantara sesuai dengan Konteks Sosial Budaya
Pada kesempatan ini saya akan berbagi tentang pengalaman saya di kelas sesuai dengan konteks lokal sosial budaya. Dalam kaitannya dengan konteks local sosial budaya kami di Kabupaten Ende adala beberapa istilah dan kebiasaan yang ada di dalam masyarakat yang mencerminkan nilai budaya diantaranya adalah :
1. Wurumana
Istilah Wurumana ini adalah satu kebiasaan Orang Ende-Lio untuk saling membantu dan bekerja sama jika dalam satu keluarga ada acara/hajatan. Misalnya saat membangun rumah, Kedukaan, Sunatan, Komuni Pertama, Pernikahan dan kedukaan.
Dari Pihak keluarga yang melakukan acara/hajatan akan mengutus wakilnya untuk berkunjung ke rumah sanak saudara untuk menyampaikan undangan bahwa mereka akan mengadakan acara/hajatan. Acara saling bantu ini (wurumana) akan berlangsung sebelum acara hajatan dimaksud. Sehingga diharapkan uluran tangan dari keluarga bisa meringankan keluarga yang memiliki hajatan. Bantuannya bisa berupa uang, Hewan, Sarung, Pakaian, Kue, tenaga dan lain - lain.
2. Minu Ae Petu
Dalam Bahasa Ende Berarti Minum Air panas. Minu Ae Petu ini adalah acara penggalangan dana yang melibatkan tidak hanya keluarga tetapi juga semua kenalan. Biasanya Orang akan datang ke rumah yang mebuat acara Minu Ae Petu dan meberikan amplop pada kotak yang disediakan. Keluarga yang membuat acara akan menyediakan makanan dan minuman.
Berdasarkan kebiasaan tersebut saya akan berbagi tentang suasana belajar di kelas yang sesuai dengan pemikiran Ki Hadjar Dewantara dan sesuai dengan konteks sosial Budaya.
Dalam Pembelajaran ini pemikiran Ki Hadjar Dewantara yang saya angkat adalah menanamkan nilai Religius, Nasionalisme, Kerja sama, Ketelitian, kreativitas dan saling menghargai satu sama lain, nilai-nilai ini sesuai dengan Budaya Ende yang ada dalam masyarakat.
Hal ini nampak dalam video saya berikut ini :
1. Pembelajaran Materi Zat Aditif. Mata Pelajaran IPA SMP Kelas 8.
2. Pembelajaran Materi Muatan Listrik Statis, Mata Pelajaran IPA SMP Kelas 9.
4. Pembelajaran Materi Interaksi Dua Muatan Listrik, Mata Pelajaran IPA Kelas 9.
Demikian Pengalaman saya tentang proses pembelajaran di kelas yang mencerminkan pemikiran Ki Hadjar Dewantara dan mempertimbangkan nilai sosial budaya Ende. Semoga bisa bermanfaat .
( CGP6 _ Kabupaten Ende_ NTT_ Maria Skolastika Muni)