Guru Abad 21

Tantangan Guru Abad 21 adalah melakukan akselerasi terhadap perkembangan TIK .

Sukses Mengajar Dari Rumah Versi Mendikbud

Jangan stres, bagi kelas menjadi kelompok kecil, dan mencoba pembelajaran berbasis proyek. “Siapa bilang belajar harus membosankan? Inilah saatnya mendengarkan insting kita (guru) dan orang tua,”

BERMAIN SAMBIL BELAJAR

Mari kenalkan permaian berbasis Sains dan teknologi kepada Anak-anak kita .

Minggu, 11 September 2022

REFELKSI FILOSOFIS PEDIDIKAN NASIONAL - KI HADJAR DEWANTARA
(Tugas Modul 1.1.a.8 _ Koneksi Antar Materi)

Oleh CGP6_Kabupaten Ende_NTT_Maria Skolastika Muni, S. Pd

A. Pemikiran Ki Hadjar Dewantara Tentang Pendidikan
     Ki Hadjar Dewantara memiliki beberapa pemikiran sebagai Dasar Pendidikan Ki Hadjar Dewantara           Yaitu :
     1. Menuntun
         " Maksud Pendidikan itu adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar               mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai                  manusia maupun sebagai anggota masyarakat" (KHD, 1936, Dasar-Dasar Pendidikan, hal. 1,                    paragraf 4)
         "Pendidikan itu hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada                   anak-anak, agar dapat memperbaiki lauknya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya kekuatan                 kodrat anak" )KHD, 1936, Dasar-Dasar Pendidikan, hal 1, paragraf 5)
      
    2. Menuntun (Among)
        Untuk mencapai selamat dan Bahagia sebagai manusia dan anggota masyarakat maka ada tiga                semboyan Ki Hadjar Dewantara yaitu :
        1. Ing Ngarso Sung Tulodo (Di depan memberikan contoh)
        2. Ing Madya Mangun Karsa (Di tengah membangun semangat)
        3. Tut Wuri Handayani (Di belakang memberi dorongan)

    3. Kodrat anak yang merdeka
        Manusia merdeka adalah manusia yang hidupnya lahir atau batin tidak tergantung kepada orang              lain, akan tetapi bersandar atas kekuatan sendiri.
        Maksu pengajaran dan pendidikan yang berguna untuk perikehidupan bersama ialah                                  memerdekakan manusia sebagai bagian dari persatuan (rakyat)
        
    4. Kodrat anak adalah bermain
        Bermain adalah salah satu kodrat anak untuk itu permainan anak dapat menjadi bagian                              pembelajaran di sekolah. Pikiran - Perasaan - Kemauan - Tenaga (Cipta, Rasa/karsa, pekerti) sudah          ada pada diri anak.

Salah satu asas Taman Siswa adalah bebas dari segala ikatan, dengan suci mendekati sang anak, bukan untuk meminta sesuatu hak, melainkan untuk berhamba pada sang anak"
Maksud pernyataan berhamba pada sang anak adalah guru sebagai pendidik dengan semurni-murninya dan seikhlas-ikhlasnya, sebab cinta kasihnya kepada anak-anaknya boleh dibilang cinta kasih tak terbatas. Pendidikan harus berpihak/berpusat pada murid.

    5. Bukan Tabularasa
        Anak bukan kertas kosong yang bisa digambar sesuai keinginan orang dewasa. Anak lahir dengan kekuatan kodrat yang masih samar-samar. Tujuan Pendidikan adalah menuntun (memfsilitasi/membantu) anak untuk menebalkan garis sama-samar agar dapat memperbaiki lakunya untuk menjadi manusia seutuhnya. Tentunya dalam menebalkan laku anak dengan kekuatan konteks diri anak dan sosio-kultur/budaya.


Wiraga (0 - 8 )
Masa kanak-kanak aktif bergerak kesana kemari, mencoba ini dan itu, menanyakan semua hal, tanpa rasa lelah dibadannya. Satu-satu yang membuat mereka lelah adalah "istirahat"



 Wiraga- Wirama (8 - 16)
Masa intelektual dari awalnya hanya menggunakan raga kemudian mulai menemukan irama dalam setiap gerak. Mereka mulai merasakan betapa irama bisa memberi dorongan untuk melanjutkan dan menciptakan gerak-gerak berikutnya.


Wirama (16 - 24)
Masa sosial mulai menyadari bahwa semesta bergerak dalam irama. Mereka pun mulai menggunakan irama sebagai sumber inspirasi menemukan kodrat lahirnya ke dunia. Saat ditemukan, mereka akan menjalani kehidupan yang bahagia sepenuhnya.

B. Pengetahuan dan Pengalaman Baru

     Setelah mempelajari modul 1.1 Tentang Filosofis Pendidikan menurut Ki Hadjar Dewantara         saya kemudian merefleksikan diri terhadap pengalaman baru yang saya dapatkan. Hal - hal yang saya dapatkan adalah :

1. Saya semakin memahami tentang pemikiran Ki Hadjar Dewantara tentang apa itu pendidikan  dan baimana bisa menjalankan tugas sebagai pendidik dengan baik. Bahwa pendidikan  adalah    menuntun anak sesuai dengan kodratnya. Setiap anak adalah unik dan sebagai pendidik harus menyadari bahwa Mendidik dan mengajar bukan sekedar mentrasfer ilmu (transfer knowledge), tetapi bagaimana menuntun anak dengan mempertimbangkan kodrat  alam dan kodrat jamannya.

2. Setelah saya mempelajari modul ini cara pandang saya terhadap siswa/anak didik saya juga          mengalami perubahan. Jika sebelumnya mengajar adalah sebuah rutinitas menghabiskan materi yang sudah ditetapkan maka sekarang setelah mempelajari modul ini saya memandang seorang anak/siswa dengan lebih dekat kepada pribadi mereka. Saya mulai mengenal mereka satu per satu, sering berinteraksi dengan siswa mebuat saya mengerti apa yang saya harus lakukan untuk bisa menuntun mereka sesuai dengan kodratnya. Kemudian mengajar mereka dengan penuh suka cita dan itu sangat berdampak pada respon anak yang luar biasa. Mereka sangat menikmati pelajaran yang saya bawakan di kelas. 

3. Saya semakin termotivasi untuk belajar mengubah metode yang selama ini saya bangun di kelas menjadi sebuah metode yang menyenangkan dengan cara menggunakan berbagai variasi metode pembelajaran, dan melibatkan siswa aktif dalam pembelajaran. Saya berharap bisa membuat pembelajaran menjadi lebih menyenangkan. Proses pembelajaran yang menyenagkan akan memberi dampak yang baik bagi keberhasilan anak didiknya. 

C. Proses Pembelajaran dan Suasana Kelas yang Mencerminkan Pemikiran Ki Hadjar                       Dewantara sesuai dengan Konteks Sosial Budaya

    Pada kesempatan ini saya akan berbagi tentang pengalaman saya di kelas sesuai dengan konteks lokal sosial budaya. Dalam kaitannya dengan konteks local sosial budaya kami di Kabupaten Ende adala beberapa istilah dan kebiasaan yang ada di dalam masyarakat yang mencerminkan nilai budaya diantaranya adalah :
  
1.  Wurumana

      Istilah Wurumana ini adalah satu kebiasaan Orang Ende-Lio  untuk saling membantu dan                        bekerja sama jika dalam satu keluarga ada acara/hajatan. Misalnya saat membangun                                rumah, Kedukaan, Sunatan, Komuni Pertama, Pernikahan dan kedukaan. 
      Dari Pihak keluarga yang melakukan acara/hajatan akan mengutus  wakilnya untuk berkunjung ke          rumah sanak saudara untuk menyampaikan undangan bahwa mereka akan mengadakan                            acara/hajatan. Acara saling bantu ini (wurumana) akan berlangsung sebelum acara hajatan                      dimaksud. Sehingga diharapkan uluran tangan dari keluarga bisa meringankan keluarga yang                  memiliki hajatan. Bantuannya bisa berupa uang, Hewan, Sarung, Pakaian, Kue, tenaga dan lain -            lain.

2. Minu Ae Petu

    Dalam Bahasa Ende Berarti Minum Air panas. Minu Ae Petu ini adalah acara penggalangan dana            yang melibatkan tidak hanya keluarga tetapi juga semua kenalan. Biasanya Orang akan datang ke          rumah yang mebuat acara Minu Ae Petu dan meberikan amplop pada kotak yang disediakan.                  Keluarga yang membuat acara akan menyediakan makanan dan minuman.

Berdasarkan kebiasaan tersebut saya akan berbagi tentang suasana belajar di kelas yang sesuai dengan pemikiran Ki Hadjar Dewantara dan sesuai dengan konteks sosial Budaya. 
Dalam  Pembelajaran ini pemikiran Ki Hadjar Dewantara yang saya angkat adalah menanamkan nilai    Religius, Nasionalisme, Kerja sama, Ketelitian, kreativitas dan saling menghargai satu sama lain, nilai-nilai ini sesuai dengan Budaya Ende yang ada dalam masyarakat. 
Hal ini  nampak dalam video saya berikut ini :

1. Pembelajaran Materi Zat Aditif. Mata Pelajaran IPA SMP Kelas 8. 

  


2. Pembelajaran Materi Muatan Listrik Statis, Mata Pelajaran IPA SMP Kelas 9.



3. Pembelajaran Materi Kelistrikan Pada Sel Saraf, Mata Pelajaran IPA SMP Kelas  9.



4. Pembelajaran Materi Interaksi Dua Muatan Listrik, Mata Pelajaran IPA Kelas 9.



Demikian Pengalaman saya tentang proses pembelajaran di kelas yang mencerminkan pemikiran Ki Hadjar Dewantara dan mempertimbangkan nilai sosial budaya Ende. Semoga bisa bermanfaat . 
( CGP6 _ Kabupaten Ende_ NTT_ Maria Skolastika Muni)